Sarasenia

Catatan Kecil Tentang Duniaku

Selasa, 29 November 2011

Dekat Tapi Jauh

Bismillah.

Ini cerita tentang kedekatan kita.

Yang baru saja saya renungi.

Mungkin kita memang tidak pernah menjadi “kita”.

Kamu, aku, terlalu sibuk untuk tetap menjadi “kamu” dan “aku”.

Kamu, aku, terlalu mandiri untuk melebur menjadi satu.


Ini cerita tentang kedekatan kita.

Yang sudah lama saya raba ketidakadaannya.

Tapi sering kali saya ingkari.

Hingga menjadi pura- pura ada.

Sungguh, awalnya saya merasa sangat dekat dengan kamu.

Tapi dalam hari- hari yang terbilang, sering kali aku sendiri.

Lalu, tanpa sadar aku berlari.

Meski hati tetap berpaku, tapi akalku memilih tuk tak lagi bersandarkan kamu.

Perlahan, tapi pasti.


Ini cerita tentang kedekatan kita.

Yang lama terabaikan, yang kering berderik- derik.

Yang berawal dari tak ada waktu dari kamu.

Bersambung ke episode “hide and seek” kamu dengan orang lain.

Lalu berganti ke “demi masa depan berdua” sebagai pembenaran ambisi kamu.

Berpindah dengan cepat ke bagian mengambil keputusan sendiri.

Berlanjut tak ada lagi saling berbagi cerita dan rasa.

Akhirnya, luka.

Tak lagi mampu terobati.

Tak lagi ada kata.

Ini cerita tentang kedekatan kita.

Yang dengan susah payah sedikit memaksa telah ku berupaya.

Walau akhirnya kamu hanya melihatnya sebagai sesuatu yang salah.

Aku, tak lebih dari keinginan yang kamu rasa meminta terlalu banyak

Tuntutan. Kesalahan.

Bukan lagi kebutuhan.


Ini cerita tentang kedekatan kita.

Yang telah lama berkamuflase menjadi nyata pada raga saja.

Meski ada bahagia, tapi nyatanya tetap saja rindu akan “kita” itu membuncah.

Tak tertahankan. Tapi tak juga bersambut layak.

Kecewa. Amarah.

“kita” tak lagi pernah ada.

Walau ku mengamuk sejadi- jadinya.

Kamu, lebih memilih untuk tetap menjadi kamu dibanding “kita”.

Aku, akhirnya menyerah.

Membiarkanmu, membiarkan aku menikmati “kita” yang semu.

Setidaknya aku masih bisa pura- pura menjadi “kita”.

Kamu, juga mungkin masih mau memberikan hak untuk “kita” yang pura- pura.


Ini cerita tentang kedekatan kita.

Yang pura- pura.

Yang akhirnya hanya berujung lelah tanpa rasa apa- apa.

Karena kamu tak pernah lagi melibatkan aku, karena kamu pun lelah bersandiwara.

Tak ada yang bertahan dalam semu, apalagi itu cinta.


Ini cerita tentang kedekatan kita.

Yang untuknya telah ku lalui banyak luka dan air mata.

Yang untuknya telah ku lakukan yang sebenarnya belum mampu aku.

Yang untuknya telah ku usahakan hanya ada satu.

Yang untuknya aku tak lebih dari kesalahan.

Yang untuknya telah ku diabaikan.

Yang untuknya telah ku percayakan asaku.

Yang untuknya telah ku dikecewakan. Berkali- kali.


Untuk kedekatan kita,

Yang kupikir akan bertahan selamanya,

Walau akhirnya hanya sandiwara.


Untuk kedekatan kita yang ternyata tak bisa menjadi nyata,

Aku relakannya pergi,

Aku relakannya menjadi hanya mimpi,

Aku mengikhlaskannya demi ambisimu.

Untuknya, untuk kedekatan kita, yang tak lagi ada dayaku upaya...

Aku menyerah.


Makassar, 20 november 2011

Di kamar,ditemani lagu korea.

Masih tidak diperjuangkan. Tidak lagi ingin diperjuangkan.

Sarasenia.