Sarasenia

Catatan Kecil Tentang Duniaku

Rabu, 25 Agustus 2010

Rintihan sendu

Jangan lagi bicarakan perih.
Walau masih merintih.
Walau masih tertatih-tatih.
Mungkin memang harus diakhiri seperti ini.
Tadinya asing, menjadi darah dan daging.
Lalu akhirnya tercabut, kembali menjadi asing.
Renggut paksa.

Sepi bersorak.
Sendiri bersenandung.
Jangan bicarakan perih lagi.
Kembali jatuh dalam blackhole
Tanpa matahari atau waktu renaissance.
Hei, siapa aku?
Jangan menangis lagi sayang.
Aku tau saiapa kamu.
Gadis yang mencoba untuk bangkit dan menyayangi setulus hati.
Walau duri sana sini.

Mungkin depan sana bukan lagi hutan berduri.
Ya.
Tak perlu perih merintih.
Walau sepi.
Dan sendiri.
Tanpa pelangi rindu.
Yang tergantikan sendu.


170810
csc

Senin, 09 Agustus 2010

Dilema

Kau.
Aku tau aku bukanlah siapa- siapa untuk mu.
Tapi tetap saja hatiku meradang.
Aku mau kamu disini.
Bukan hanya karena aku mau,
tapi karena kau pun mau.

Kau.
Aku tau aku hanyalah beban mu.
Menindih beratnya tanggung jawab yang ada di tanganmu.
Membuat mu kadang tak sanggup walau,
hanya untuk sekedar menarik nafas,
beristirahat dalam tenang dan sahaja.
Tapi,
harus bagaimana lagi?
Aku,... Tidak. Kau.
Seperti udara dalam perihnya terisap lautan kepedihanku.
Seperti matahari yang hangatkan jiwaku dalam dingin dan pekatnya,
semesta kesendirianku.
Kau. Memenuhi segenap ruang untuk makhlukNYA di hatiku.

Tapi, kau.
Ya, kau, kau juga yang menghancurleburkan rapuhnya pertahananku.
Kepercayaan.
Perasaan.
Kasih sayang.
Kebersamaan.
Dunia ku.

Sebelah hatiku merindukan mu.
Dan sebelahnya lagi tak ingin memberikan mu tempat untuk merajai.
Haruskah ku membelah raga ku?


100810
csc


Kamis, 05 Agustus 2010

Lagi- lagi [tak] ingat tentangmu.

Aku, tak bisa lagi mengingat bagaimana wajahnya.
Tepatnya, mungkin, aku tak lagi punya referensi untuk mengingat bagaimana wajahnya.
Terlalu lama rasanya tak berjumpa.

Aku, juga tak lagi bisa mengingat bagaimana suaranya.
Mungkin tepatnya aku tak lagi punya "simpanan" bagaimana halus dan lembut suaranya.
Di sekitarku terlalu bising, tapi tetap saja suara dia tak ada.
Terlalu lama mungkin aku dan dia tak berbincang dari hati terdalam.
Tak lagi ada waktu untuk itu mungkin.

Aku, juga, mulai tidak bisa mengingat, merasakan rasa sayangnya.
Selama ini yang terukir hanya rasa sakit, baik yang sengaja digoreskan, ataupun yang tertulis tanpa sadar.
Emosi negatif telah berputar dan bermuara antara aku dan dia.


Mungkin sudah terlalu lama kami saling menunggu.
Menunggu untuk lawannya yang mulai memberikan perhatian kasih sayang dan rasa aman kesetiaan.
Sudah terlalu lama mungkin untuk meluangkan waktu berkualitas antara aku dan dia.
dia, hampir tak bisa memiliki waktu untuk itu.

Dan aku, hanya bisa bisa menunggu dalam diamnya rindu .
Lagi- lagi menunggu.
Hanya menunggu.
Tanpa usaha.

Dia pun menunggu.
Hanya menunggu.
Menungguku meminta.
Baik waktu, cinta kasih sayang, ataupun rindu.


310710
csc

Jauh

Resahku, sendiriku.
Tak lagi ada dirimu yang menjadi senyumku.
Salahku, buatmu jauh.
Lalu dengan meraba jejak langkahmu, ku telusuri rinduku yang tumbuh menumbuh.

Entah sampai kapan ku mampu.
Sakit bercampur rindu remuk redam.
Marah beradu cinta sayang menggebu.
Di kepalaku hanya kamu, hatiku hanya kamu.
Tak bisakah kau seperti dulu?

Sedihmu, sakitmu, hukumanku.
Sendiriku, terbilangkah itu?
Berbalikkah rasa itu?
Sedihku, bahagiamu.
Sepiku, riangmu.
Sakitku, ceriamu.
Tangisku, tawamu.
Rapuhku, kuasamu.
Matiku, hidupmu.


Rasanya tak lagi sama tanpamu.
Di sisiku.
Melihatmu berlabuh ke arah sebaliknya.
Nantinya lambaikan jari- jari, ucap sampai nanti
Akhirnya tersaput kabut musim sepi, yang sepi.
Dan lagi- lagi.
Aku sendiri.


220710
csc